AKHLAK MADZMUMAH

Standar

AKHLAK MADZMUMAH
MAKALAH
Disusun Guna Memenuhi Tugas
Mata Kuliah : Akhlak II
Dosen Pengampu : Ahmad Muthohar. M.Ag.

Disusun Oleh :
Niam Pathul Hadi (103111081)
Nisvi Nailil Farichah (103111082)
Nur Hayati (103111085)
Nur Hidayati (103111086)
Nur Intan (103111087)

FAKULTAS TARBIYAH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO
SEMARANG
2012

AKHLAK MADZMUMAH

I. PENDAHULUAN
Pola hubungan manusia dengan sang khaliq yakni Allah SWT. (hablu minallah) sangat dipengaruhi oleh sikap dan perilaku manusia itu sendiri. Karena pada hakikatnya pada jiwa setiap orang pasti terdapat dua sifat yang bertentangan, yakni akhlak terpuji dan akhlak tercela.
Dimana akhlak terpuji akan senantiasa berorientasi pada kebaikan-kebaikan yang membawa maslahah, baik kebaikan untuk dirinya sendiri dan orang lain yang dalam hal ini disebut dengan istilah akhlak al-mahmudah atau akhlak al-karimah dan perilaku tercela berupa sifat-sifat yang senantiasa mengarahkan manusia untuk berbuat keburukan yang daripadanya akan mendatangkan madharat terhadap dirinya sendiri maupun orang lain yang dalam hal ini disebut dengan istilah akhlakul madzmumah.
Meskipun demikian dalam makalah ini tidak serta merta membahas semua pokok kajian tentang akhlak yang berkaitan dengan akhlak mahmudah dan akhlak madzmumah, melainkan dalam makalah ini akan lebih spesifik membahas topik yang berkenaan dengan akhlak madzmumah yakni meliputi akhlak madzmumah terhadap Allah SWT, akhlak madzmumah terhadap dirinya sendiri maupun akhlak madzmumah terhadap orang lain dan hal-hal lain yang berkaitan dengannya.
Sehingga dengan kita mengetahui hal-hal yang berkenaan dengan akhlak tercela tersebut kita sebagai hamba Allah SWT yang taat, dapat selalu mawasdiri terhadap akhlak madzmumah dan senantiasa menghindarinya sehingga jalan kita untuk meraih ridho dan mendekatkan dir kita kepada-Nya akan menjadi lapang dan mudah.

II. RUMUSAN MASALAH
A. Bagaimana Pengertian dari Akhlak Madzmumah ?
B. Apa Saja yang Termasuk Kategori Akhlak Madzmumah Terhadap Allah?
C. Apa Saja yang Termasuk Kategori Akhlak Madzmumah Terhadap Diri Sendiri ?
D. Apa Saja yang Termasuk Kategori Akhlak Madzmumah Kepada Orang Lain?

III. PEMBAHASAN
A. Pengertian Akhlak Madzmumah
Akhlak secara bahasa berarti tindakan, perilaku, dan juga perangai. Adapun madzmumah sendiri memiliki arti kekejian (radza’il), buruk atau tercela. Adapun semua biang sifat-sifat buruk juga disebut dengan akhlak yang tercela yang dari padanya dapat terbentuk sifat tercela yang menjijikan di dalam jiwa (khaba’its fi al-nafs), penyakit dalam jiwa dan juga sifat yang merusak (shifat muhlikat), Sehingga dengan demikian akhlak madzmumah dapat didefinisikan dengan segala sesuatu yang tidak baik, yang tidak seperti yang seharusnya, tidak sempurna dalam kualitas, dibawah standar, kurang dalam nilai, tidak mencukupi, keji, jahat, tidak bermoral, tidak menyenangkan, tidak dapat disetujui, tidak dapat diterima, sesuatu yang tercela, lawan dari baik, dan perbuatan yang bertentangan dengan norma-norma masyarakat yang berlaku. Dengan demikian yang dikatakan buruk itu adalah sesuatu yang dinilai sebaliknya dari yang baik, dan tidak disukai kehadirannya oleh manusia. Dan daripadanya akan memberikan dampak negatif terhadap dirinya sendiri maupun orang lain yang berada disekitarnya.
Pendapat lain juga menyebutkan bahwasanya yang disebut dengan akhlak madzmumah ialah semua sifat, perkataan ataupun perbuatan yang tidak sesuai dengan apa yang diharapkan sehingga dianggap buruk atau tercela dan bernilai negatif.
Meskipun demikian menurut AL-Ghazali asal mula yang menjadi biang dari adanya akhlak madzmumah tersebut yakni kelobaan, ekses nafsu seksual, nafsu untuk berkata berlebihan, amarah hebat, rasa iri, rasa dendam, cinta dunia, cinta harta, kebakhilan, kemegahan, kesombongan, kecongkakan, dan penipuan terhadap diri sendiri, dan untuk membuang biang-biang dari sifat tersebut dapat dilakukan dengan jalan riyadhah dan membiasaan menahan diri atau mujahadah.

B. Akhlak Tercela Terhadap Allah
Sebagaimana telah dibahas pada makalah sebelumnya yang menyatakan bahwa ruang lingkup akhlak adalah meliputi akhlak terhadap sang khaliq atau Allah SWT, akhlak terhadap diri sendiri, dan juga akhlak kepada sesama manusia.
Adapun diantara sikap dan perilaku manusia yang termasuk bentuk dari akhlak tercela terhadap Allah SWT. yaitu :
1. Ria
Sifat ria berhubungan erat dengan sifat sum’ah yang mana menurut imam Ghazali ria berasal dari kata ru’ya yang berarti memperlihatkan, atau secara jelasnya dapat difahami dengan “ingin dilihat orang-orang supaya mendapat kedudukan atau pujian” sedangkan sum’ah berasal dari kata sama’ yang berarti mendengar, memperdengarkan, atau juga menceritakan (amal kebaikan).
Sehingga dari pemaknaan tersebut dapat difahami bahwa yang dimaksud dengan sum’ah disini yakni sifat suka menceritakan amal perbuatan agar didengar orang dengan maksud untuk mendapatkan pujian atau simpati.
Dengan demikian antara ria dan sum’ah, keduanya merupakan sifat tercela dan menghilangkan sifat ikhlas karena amal kebaikan yang dilakukan tidak semata-mata karena Allah SWT semata, tetapi karena ingin mendapat pujian atau kekhawatiran mendapat celaan dari orang lain. Adapun hadits yang berkenaan dengan larangan untuk berbuat ria dan sum’ah yakni sebagai berikut :
مَنْ سَمَّعَ اللهُ بِهِ وَمَنْ يَرَائى الله بِهِ [رواه البخا ري]
Artinya : “barang siapa (berbuat baik) karena ingin didengar oleh orang lain (sum’ah), maka Allah akan memperdengarkan kejelekannya kepada orang lain. Dan barang siapa (berbuat baik) karena ingin dilihat orang lain (ria) maka Allah akan memperlihatkan kejelekannya kepada orang lain.” (H.R. Bukhari).
Adapun sifat ria dan sum’ah akan membawa dampak buruk terhadap pelakunya, diantaranya yaitu :
a. Allah SWT tidak menerima sedikitpun amalan ibadah dari pelaku ria, bahkan mereka akan menerima azab sebagai balasannya, sebagaimana dijelaskan dalam Surat Ali Imran Ayat 188
b. Mendapat dosa besar karena ria termasuk perbuatan syirik sebagaimana hadits yang diriwayatkan oleh imam Ahmad
c. Menghapus pahala amal baik dan tidak selamat dari bahaya kekafiran, karena ria sangat dekat dengan kekafiran, sebagaimana firman Allah dalam surat Al-baqarah ayat 264.

2. Nifak
Nifak dari segi bahasa memiliki arti berpura-pura pada agamanya. Sedangkan dari segi istilah yaitu orang yang menyembunyikan kekafirannya namun menyatakan keimanannya.
Menurut Imam Ghozali dalam kitanbnya Ihya’ Ulumuddin menjelaskan bahwa kata munafik adalah diambil dari kata Nafiqa’ul yarbu (liang binatang seperti tikus, kakinya lebih panjang dari tangannya, ekor dan telinganya lebih panjang kalau dibandingkan dengan tikus). Disebutkan bahwa yarbu memiliki dua buah liang, sebuah disebut nafiqa’ dan sebuah lagi disebut qasia’. Dia bisa menampakkan dirinya pada liang yang satu dan keluar lagi dari liang yang lain. Oleh karena itulah orang yang berbuat demikian disebut munafik, sebab dia menampakkan dirinya bahwa dia seorang yang Islam, tetapi dia keluar dari Islam itu kea rah kafir. Kemunafiksn itu ada dua macam:
a) Kemunafikan yang mengeluarkan dari agama dan mengantarkan orang kepada golongan orang-orang kafir serta membawa ke dalam golongan orang-orang yang diabadikan di dalam neraka.
b) Kemunafikan yang membimbing pemiliknya ke neraka pada batas waktu tertentu atau mengurangi dari derajat kemuliaan dan menurunkan dari tingkat sadiqin.

C. Akhlak Tercela Terhadap Diri Sendiri
Yang termasuk akhlat tercela terhadap diri sendiri diantaranya adalah:
1. ‘Ananiya
‘Ananiyah yaitu sikap mementingkan diri sendiri. Dapat pula diartikan dengan egois atau ingin menang sendiri karena kedua sikap itu memiliki kesamaan, yakni sikap individualistik.
Manusia adalah makhluk sosial (zone poloticon) yang sepanjang hidupnya sangat membutuhkan bantuan orang lain, untuk memenuhi segala kebutuhan hidupnya. Oleh sebab itu sifat ‘ananiyah sangat tidak pantas dimiliki oleh manusia, sebab hal ini bertentangan dengan naluri manusia itu sendiri. Sikap perilaku ‘aniyah atau mementingkan diri sendiri, merupakan sikap yang tidak terpuji. Selain itu, dapat menimbulkan akibat negatif bagi pelakunya, diantara dampak dari sifat ini yaitu :
a. Dibenci banyak orang karena didunia ini tidak ada seorangpun yang suka terhadap perbuatan yang mementingkan dirinya sendiri.
b. tidak akan mendapatkan banyak teman karena semua orang akan meninggalkannya.
c. Mendatangkan banyak musuh tanpa disadarinya.
2. Putus asa
Putus asa adalah hilangnya suatu harapan, cita-cita, keinginan dan gairah hidup untuk meraih masa depan yang gemilang. Putus asa selain merupakan sifat tercela yang harus dihindari dan dijauhi, juga termasuk sifat buruk yang dapat merugikan pelakunya.
Sifat putus asa harus dihindari oleh semua orang, meskipun sedang ditimpa musibah atau beban yang sangat berat, hendaknya kita tidak boleh berputus asa. Sebab sikap perilaku putus asa hanya dilakukan oleh orang-orang yang tidak beriman kepada Allah. Adapun hal-hal negatif yang ditumbuhkan dari sikap putus asa sangat banyak, misalnya banyak orang yang rela mengakhiri hidupnya dengan bunuh diri, atau hilang akalnya menjadi gila dan sebagainya.
Oleh karena itu betapa pentingnya kita mengenal nilai-nilai negative akibat perbuatan putus asa dalam kehidupan kita, sehingga kita tidak terjerumus kejurang perbuatan nista tersebut. Adapun nilai-nilai negatif akibat perbuatan putus asa antara lain sebagai berikut:
a. Manusia tidak terpeliharanya keimanannya kepada Allah SWT, sebab orang yang putus asa tidak lagi berharap akan datangnya rahmat Allah SWT.
b. Tidak memiliki semangat untuk meraih sukses pada masa yang akan datang dan tidak menjadikan kegagalan hari ini sebagai pengalaman yang berharga yang harus dijadikan pelajaran bagi langkah selanjutnya.
c. Cenderung menyalahkan orang lain dan diri sendiri, bahkan menyalahkan Allah SWT, dengan takdir buruknya, dan tidak mau mengevaluasi diri atas kegagalan atau beban yang menimpanya.
3. Tamak
Menurut bahasa, tamak artinya serakah, rakus atau ambisius. Adapun menurut istilah, tamak sikap perilaku tidak puas atas apa yang telah dimilikinya. Sikap tamak atau serakah merupakan sikap tercela yang harus dihindari dan dijauhi.
Adapun dampak negatif yang timbul dari sikap tamak diantaranya yaitu :
a. Bersikap tidak ikhlas atas apa yang diberikan Allah SWT kepadanya dengan selalu berusaha untuk mendapatkan yang lebih baik banyak dari apa yang sudah ada.
b. Munculnya banyak keinginan untuk memiliki apa yang menjadi milik orang lain dan itu hanya akan membuat diri kita tersiksa.
c. Tumbuh sikap yang membanding-bandingkan apa yang kita miliki dengan yang dimiliki orang lain dengan tujuan untuk saling menjatuhkan.
4. Takabur
Menurut bahasa takabur artinya sombong, angkuh, besar kepala, atau merasa diri paling besar. Adapun menurut istilah takabur adalah sikap perilaku menyombongkan diri terhadap orang lain. Takabur juga dapat diartikan sebagai sikap perilaku menganggap orang lain lebih rendah dibandingkan dirinya.
Diantara nilai-nilai negatif yang ditimbulkan akibat perbuatan takabur adalah sebagai berikut:
a. Hidupnya banyak dipengaruhi oleh hawa nafsu setan, sehingga akal sehatnya kurang berfungsi.
b. Tidak pernah instropeksi diri sehingga selamanya tidak mengenali kekurangan dan kelemahan dirinya.
c. Tidak mendapat ampunan dari Allah sepanjang kesombongan masih bercokol dihatinya.

D. Akhlak Madzmumah Terhadap Orang Lain
1. Hasad
Hasad menurut bahasa adalah Iri atau tidak suka. Adapun menurut istilah hasad ialah sifat iri atau tidak suka kepada orang lain yang mendapat nikmat Allah, baik berupa prestasi maupun materi kekayaan. Sifat hasad muncul dari keinginan yang berlebihan terhadap apa yang diraih oleh orang lain, sedangkan jalan untuk memperoleh seperti yang didapat oleh orang lain tersebut telah tertutup. Tertutup jalannya karena tidak memiliki kemampuan seperti yang dimiliki oarang lain yang sukses tersebut.
Nilai-nilai negatif akibat perbuatan hasad:
a. Mengandung sikap perilaku iri dan dengki
b. Mengandung sikap perilaku suka mencari-cari kesalahan orang lain
c. Mengandung sikap perilaku suka melempar kesalahan pada orang lain (berburuk sangka)
2. Ghibah
Ghibah ialah menggunjing, yaitu suatu perbuatan atau tindakan membicarakan aib atau kekurangan orang lain, tanpa diketahui oleh orang yang sedang dibicarakannya itu. Kebiasaan seperti itu, biasanya disebabkan oleh kebiasaan seseorang yang kurang memperhatikan dirinya sendiri karena merasa dirinya lebih baik daripada orang lain. Selain itu, dapat juga disebabkan oleh rasa benci terhadap oarang yang sedang dibicarakan.
Nilai-nilai negatif akibat perbuatan ghibah:
a. Memutuskan ikatan silaturrahmi antara sesama saudara muslim
b. Menimbulkan sikap balas dendam dari pihak yang digunjing
c. Menimbulkan permusuhan dan persengketaan
d. Mendapat kutukan dan murka dari Allah SWT
e. Melanggar etika berbicara dalam pergaulan
3. Fitnah
Fitnah artinya perkataan yang tidak sesuai dengan kenyataan, yang dimaksudkan untuk menjatuhkan, menjelekkan, menodai nama baik orang lain, atau merugikan kehormatannya.
Mefitnah merupakan perbuiatan yang sangat tercela yang harus dihindari dari setiap muslim. Sebab perbuatan memfitnah sangat besar bahayanya dibandingkan dengan perbuatan membunuh sekalipun. Jika membunuh hanya merusak jasmani orang maka memfitnah dapat merusak mental, jiwa dan raga sekaligus.
Nilai-nilai negatif akibat perbuatan fitnah
a. Dijauhi banyak orang
b. Jiwanya resah dan gelisah
c. Mendapat dosa besar

IV. KESIMPULAN
Akhlak madzmumah dapat didefinisikan dengan segala sesuatu yang tidak baik, yang tidak seperti yang seharusnya, tidak sempurna dalam kualitas, dibawah standar, kurang dalam nilai, tidak mencukupi, keji, jahat, tidak bermoral, tidak menyenangkan, tidak dapat disetujui, tidak dapat diterima, sesuatu yang tercela, lawan dari baik, dan perbuatan yang bertentangan dengan norma-norma masyarakat yang berlaku. Klasifikasi dari Akhlak Madzmumah dibagi menjadi 3 macam, yaitu:
A. Akhlak Tercela Terhadap Allah
1. Ria
2. Nifak
B. Akhlak Tercela Terhadap Diri Sendiri
1. Ananiya
2. Putus asa
3. Tamak
4. Takabur
C. Akhlak Madzmumah Kepada Orang Lain
1. Hasad
2. Ghibah
3. Fitnah

V. PENUTUP
Demikianlah makalah yang dapat kami buat, sebagai manusia biasa kami menyadari dalam pembuatan makalah ini masih terdapat banyak kesalahan dan kekurangan. Untuk itu kritik dan saran yang bersifat konstruktif sangat kami harapkan demi kesempurnaan makalah ini dan berikutnya. Semoga makalah ini bermanfaat bagi kita semua. Amin.

DAFTAR PUSTAKA
Al Arif, Ahmad Adib, Akidah Akhlak , (Semarang : Aneka Ilmu,2009)

Asmaran, Pengantar Studi Akhlak, (Jakarta : Raja Grafindo Persada, 1994), Cet. 2

Nuh, Sayyid Muhammad, Mengobati Tujuh Penyakit Hati, (Bandung : Mizan Pustaka,2004)

Quasem, Muhammad Abul, Etika Al-Ghazali, (Bandung : PUSTAKA, 1988)

Sy, A. Wahid, Akidah Akhlak II, ( Bandung : ARMICO, 2009 ), Cet. 1

Tinggalkan komentar